5 Fase Dunia Akhir Zaman | Umat Nabi Muhammad SAW
Pada kali ini saya memostingkan
5 Fase Dunia Akhir Zaman dari sebuah yang “telah lama disembunyikan” dan sengaja ditutupi dan tidak dipelajari di bangku-bangku pendidikan agar umat islam lupa terhadap bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah Muhammad SAW.
Pada kali ini saya memostingkan
5 Fase Dunia Akhir Zaman dari sebuah yang “telah lama disembunyikan” dan sengaja ditutupi dan tidak dipelajari di bangku-bangku pendidikan agar umat islam lupa terhadap bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah Muhammad SAW.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ
أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ
أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ
النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman
kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya
jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang
mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap
ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.
Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas
izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia
berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan)
diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap
ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj
kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).
Sanad Hadis
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia berkata:
Kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir
adalah orang yang hati-hati dalm berbicara. Lalu datang Abu Tsa‘labah
al-Khusyani. Ia berkata, “Wahai Basyir bin Saad, apakah engkau hapal
hadis Rasulullah saw. tentang para pemimpin?”
Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.”
Lalu Abu Tsa‘labah duduk dan Hudzaifah berkata,
“Rasululah saw. bersabda: (sesuai dengan matan hadis di atas).”
Al-Bazzar menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya‘qub bin
Ishaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari
an-Nu‘man bin Basyir. Ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama
bapaknya, Basyir bin Saad. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani.
Kemudian terjadilah dialog seperti di atas.
Al-Haytsami berkomentar,”Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Tarjamah an-Nu‘mân, juga al-Bazzar secara persis, ath-Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath, dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.
Makna dan Faedah
Hadis ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum Muslim sejak masa kenabian.
Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode kedua adalah periode Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para ulama sepakat bahwa periode Khilafah Rasyidah adalah periode Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian.
Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafar Rasyidin
sampai periode Khilafah al-Hasan bin Ali. Khilafah Umar bin Abdul Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan Khilafah Rasyidah sehingga beliau juga dijuluki Khulafaur Rasyidin.
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk
dalam hadis ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah
bentuk pemerintahan. Sebab, setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk
pemerintahan kaum Muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap
Khilafah. Kepala negara
tetap seorang khalifah dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini
adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata, “Aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imâmah-nya dan keabsahan akad baiatnya.”
Secara faktual, Khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan
oleh penjajah Barat tahun 1924 M. Namun, juga disepakati, selama
rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan
Islam di sana-sini. Jadi, periode tersebut adalah periode pemerintahan
dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman, yaitu peyimpangan dan
keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator).
Dalam riwayat Abu Tsa‘labah al-Khusyani dari Muadz bin Jabal dan Abu
Ubaidah, periode ini digambarkan sebagai periode pemerintahan dan
kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, dan melampaui batas. Gambaran
demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam.
Periode pasca runtuhnya Khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan
gambaran tersebut.
Periode ini zaman modern adalah puncaknya fitnah besar dan kebenaran yang ditutup-tutupi oleh raja yang diktator. zaman mencapai zaman edan dan semua manusia mengikuti cara kaum kafir dalam kehidupan. Kerusuhan dimana-mana, kebenaran menjadi hal yang ganjil. jaman rusak kebodohan moral dimana-mana, dan semua orang berbahagia atas kerusakan bumi dan moral yang telah mereka perbuat. bersyukurlah umat islam karna keganjilan itu karna kita adalah orang yang beruntung.
Periode terakhir adalah periode kembalinya Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah
(berita gembira) akan tegaknya kembali Khilafah setelah keruntuhannya.
Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini
digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya
Islam di setiap rumah, hadis al-waraq al-mu’allaq, hadis Khilafah turun di bumi al-Quds, hadis mengenai Dâr al-Islâm kaum Mukmin berpusat di Syam, hadis ‘adl wa al-jur, hadis hijrah setelah hijrah, hadis al-ghuraba’, hadis al-mahdi, dan hadis akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai pada tingkat mutawatir.
Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk
terus berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat
kemuliaan, yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah
tersebut.
Allâhummarzuqnâ dawlah Khilâfah Râsyidah.
Allâhummarzuqnâ dawlah Khilâfah Râsyidah.
Wallâh a‘lam bi ash-shawâb.
Tak perlu gambarnya kerana tidak cocok dgn isi artikel, merosak pandangan seorang mukmin. Wallahuba'lam
BalasHapus